Jumat, 01 Maret 2013

hadits kebersihan

Bicara tentang bersih atau suci bagi kita selaku umat Islam khususnya yang menjalankan syariatnya seolah menjadi hal yang biasa dan tidak asing lagi.
Pengertian antara bersih dan suci adalah berbeda, bersih bukan berarti suci begitu pula suci bukan verarti bersuh.
Kesucian dalam Islam adalah sangat penting yaitu suci dari najis, suci dari hadas kecil dan suci dari hadas besar.
Dan najis yang mengharuskan kita bersuci digolongkan menjadi tiga diantaranya adalah :
a.       Najis Mukhafafah atau najis ringan yaitu Air kencing anak kecil atau bayi yang hanya minum air    susu ibu maka cara menghilangkanyacukup disiram pakai air.
b.      Najis Mutawasitoh atau najis tingkat sedang yaitu terkena air kencing anak umur dua tahun ke atas atau kotoran ayam, cara membersihkanya yaitu di cuci dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.
c.       Najis Mugholadoh atau najis yang berat contoh seperti terkena air liur anjing cara membersihkanya yaitu di cuci sampai tujuh kali dan salah satunya menggunakan tanah atau debu.
Berbicara mengenai kebersihan sebenarnya tidak lepas pula dengan kesucian tapi sekali lagi bersih belum tentu suci atau dapat mensucikan seperti halnya dalam membedakan antara air yang bersih dan suci. Kita sebenarnya tidak lepas dari hal bersih dan suci dalam melaksanakan ibadah kepada Alloh karena syarat syahnya kita menjalankan ibadah seperti sholat aadalah harus bersih dan suci. Pelajaran yang dapat dipetik dari hadist diatas antara lain : Islam mengajarkan kebersihan dan kesucian dalam segala al, pada badan, pakaian, makanan. Minuman, tempat tinggal, lingkungan-lingkungan sekitar dan sebagainya.
Adapun suci berarti sesuatu yang tidak najis atau tidak terkena najis yang membuat keabsahan suatu ibadah. Sedang bersih berarti tidak kotor atau tidakterkena kotor. Adapun najis adalah sesuatu yang menjijikan dan menghalangi keabsalian sholat dan kantor adalah sesuatu yang menjijikan tetapi tidak menghalangi keabsahan dalam menjalankan ibadah sholat.

v    Kesucian itu separuh dari iman
Dari sangat pentingnya kesucian dalam islam sehingga posisinya separoh iman dan menjadi syarat syahnya suatu ibadah seperti sholat, menurut etmologi bersih baik hissiyah maupun maknawiyah sedangkan menurut termonologi syarat kesucian adalah melakukan sesuatu yang menimbulkan kebolehan atau pahala semata. Begitu besar bersuci sehingga nabi sabdakan porsi bersuci dalam islam separoh kemauan, Para ulama berbeda cara mengartikan kesucian dan iman yaitu :

Ø  Iman diartikan hakekat iman, iman menurut syarat yaitu hatinya membenarkan segala apa yang datang dari nabi arti kesucian itu separoh iman adalah sabda nabi                                  Haji adalah arafah artinya wuquf di arafah adalah salah satu rukun yang amat penting dalam ibadah haji. Demikian juga kesucian dan kebersihan adalah bagian yang amat penting dalam iman sehingga posisi pahalanya separoh dari iman.

   Ø
  Iman diartikan sholat sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh 143


Artinya
Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan imanmu (sholat) separoh iman di artikan separh sholat sehingga tidak syah sholat tanpa bersuci terlbih dahulu. Maka porsinya separoh iman.
Dan dengan melaksanakan sholat banyak ingat pada alloh dan bersyukur maka manusia akan dapat berfikir dengan jernih dan akal sehat sehingga dapat menjaga hati dan sholatnya akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

v  Kebersihan adalah fitrah
Rosululloh bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatnya oleh Abi  Hurairoh :
Dari Abi hurairoh aku mendengar rosululloh SAW beresabda : fitrah itu ada lima perkara yaitu : khitan, mencukur rambut sekitar kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut rambut ketiak (HR. Muttafaq Alayh)
Pada hadist di atas Rosulloh mengajarkan kebersihan pada manusia yang sesuai dengan karakter manusia dan menjadi sunah para nabi yaitu yang disebut dengan fitrah yang diciptakan Allah secara fisik telah di bekalkan manusia sejak lahir dan fitrah yang telah disebutkan dalam hadist dan tidak boleh di rubah oleh manusia diantaranya :
a.       Khitan
Khitan adalah wajib bagi laki-laki dan sunah atau sebagai penghormatan bagi perempuan dan khitan hubungannya dengan kesucian karena dengan khilan dapat menghilangkan sisa air kencing yang tertinggal pada kemaluan seorang laki-laki
b.      Mencukur rambut sekitar kemaluan
Termasuk disunahkan mencabut atau mencukur rambut pada sekitar kemaluan
c.       Mencukur kumis
Dengan di cukur sehingga bersih dan rapi
d.      Memotrong kuku
Kuku disunahkan di potong sehingga tidak melebihi daging pada jari-jari
e.       Mencabut bulu ketiak
Memotong bulu ketiak adalah fitrah atau disunahkan oleh Nabi




v  Macam-macam Hadits
1. Membaca Hadis Tentang Kebersihan.
Agar kemampuan membaca siswa dapat meningkat dan lebih merata dalam satu kelas, maka dalam kegiatan membaca hadits ini dilakukan dengan metode tutor sebaya dengan tata cara sebagai berikut :

Hadits 1

Artinya : “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”

Hadits 2

Artinya : “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”
Hadits 3
Artinya : “Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)

2. Memahami Isi/Kandungan hadits tentang kebersihan
Kebersihan membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, kotor dan jorok akan membawa banyak akibat buruk dalam kehidupan. Orang yang dapat menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat (lingkungannya) akan dapat merasakan hidup nyaman. Sebaliknya, kalau orang menganggap remeh masalah kebersihan, maka akan merasa terganggu baik oleh penyakit maupun akibat buruk lain seperti polusi udara, pencemaran air dan banjir. Bagaimana arahan dari ajaran Islam tentang masalah kebersihan ? Rasulullah saw melalui berbagai haditsnya mengajarkan agar umat Islam menjadi pelopor dalam hal menjaga kebersihan. Baik kebersihan badan, pakaian, maupun lingkungan. Tiga hadis di atas merupakan sebagian dari hadis-hadis Rasulullah saw yang menyoroti masalah kebersihan. Berikut ini merupakan kandungan hadis-hadis Rasulullah saw tersebut :
Hadits 1 :
1. Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
2. Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman. Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.
Hadits 2 :

1. Dalam hadis yang kedua dinyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya adalah, keimanan seseorang akanmenjadi lengkap kalau dia dapat menjaga kebersihan. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan berarti keimanannya masih belum sempurna. Secara tidak langsung hadis ini menandaskan bahwa kebersihan bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan.
2. Dalam hadis mengenai kebersihan ini juga dirangkai dengan pernyataan Rasulullah sebagai berikut
• Kebersihan sebagian dari iman
• Berzikir dengan membaca “Alhamdulillah” itu memenuhi mizan (timbangan) amal baik kelak di hari kiamat.
• Berzikit “Subhanallah walhamdulillah” pahalanya memenuhi kolong langit dan bumi.
• Shalat itu cahaya bagi umat Islam
• Shadaqah itu pelita bagi umat Islam
• Sabar itu sinar bagi umat Islam
• Dan Al Quran merupakan pedoman hidup umat Islam.
Rangkaian hadits semacam ini secara tidak langsung juga sebagai isyarat bahwa menjaga kebersihan adalah sangat penting dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir, shalat, shadaqah, dan sabar.
Hadits 3 :
1. Dalam hadis yang ketiga ini Rasulullah saw sebenarnya ingin mewajibkan umat Islam untuk selalu menggosok gigi setiap hendak shalat, karena memang menjaga kebersihan gigi merupakan hal yang sangat penting. Namun beliau khawatir jangan-jangan hal ini akan memberatkan umat Islam.
2. Kesehatan gigi sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Cara untuk menjaga dan memelihara kesehatan gigi adalah dengan menggosoknya. Gigi yang kita miliki mempunyai fungsi yang sangat banyak, diantaranya untuk melumatkan makanan dan menjaga penampilan. Orang yang tidak rajin menggosok gigi akan berakibat giginya tidak sehat. Gigi yang tidak sehat dapat mengakibatkan penyakit gigi dan bau mulut yang tidak sedap. Kedua hal ini tentu tidak kita inginkan. Bagaimana agar tidak terjadi? Tentu dengan rajin menggosok gigi.
v  Pokok-Pokok Hadits

1)   Bersuci dalam islam baik lahir maupun batin merupakan sebagian dari iman.
2)   Banyak mengucapkan Subahanallah Walhamdulillah dapat memenuhi.
3)   Orang yang melakukan shalat dengan baik maka hatinya akan menjadi terang, bersih, dan senang beramal saleh.
4)   Orang yang beriman, senang bersadaqah.
5)   Orang yang beriman, akan tabah dan sabar dalam menghadapi kewajiban dan cobaan.
6)   Al-quran itu manjadi petunjuk bagi orang yang beriman dalam melakukan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang tidak baik.
7)   Setiap orang yang beriman harus membiasakan diri berjihad melawan hawa nafsu karena mengharapkan Ridho Allah.
Read More..

Hadits tentang Ayah, Ibu, Anak, dan Keluarga

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press
Ayah - Ibu - Anak - Keluarga

1. Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)

2. Seorang datang kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orangg tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw bersabda, "Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)

Penjelasan:
Nabi Saw melarangnya ikut berperang karena dia lebih diperlukan kedua orang tuanya untuk mengurusi mereka.

3. Rasulullah Saw pernah berkata kepada seseorang, "Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu." (Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)

Keterangan:
Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini. Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." "Pergilah Kau membawa ayahmu kesini", perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: "Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh teliganya. Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?"
Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!" Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya ..." Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya." Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut,
padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang..., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakanakan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.' Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" (HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath).

4. Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir. (HR. Muslim)

Penjelasan:
Yang dimaksud kufur nikmat dan bukan kufur akidah.

5. Barangsiapa menisbatkan keturunan dirinya kepada selain ayahnya sendiri dan dia mengetahuinya bahwa dia bukan ayah yang sebenarnya maka surga diharamkan baginya. (HR. Muslim)

6. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih).

7. Ibu dan Bapak berhak makan dari harta milik anak mereka dengan cara yang makruf. Seorang anak tidak boleh makan dari harta ibu bapaknya kecuali dengan ijin mereka. (HR. Ad-Dailami).

8. Barangsiapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan kebajikan. (HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni).

9. Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)

Penjelasan:
Kalau berbakti masuk surga dan kalau bersikap durhaka kepada mereka masuk neraka.

10. Apabila seorang meninggalkan do'a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya. (HR. Ad-Dailami)

11. Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki ibu-bapaknya. Mereka bertanya, "Bagaimana (mungkin) seorang yang mencaci-maki ayah dan ibunya sendiri?" Nabi Saw menjawab, "Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu (membalas) mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu orang lain lalu orang lain itupun (membalas) mencaci-maki ibunya. (Mutafaq'alaih)

12. Kedudukan seorang paman sebagai (pengganti) kedudukan ayahnya. (HR. Adarqothani)

13. Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya. (HR. Ath-Thahawi).

14. Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan). (HR. Ath-Thahawi)

15. Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR. Bukhari)

16. Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi).

17. Cintailah anak-anak dan kasih sayangi lah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki. (HR. Ath-Thahawi).

18. Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

19. Sama ratakan pemberianmu kepada anak-anakmu. Jika aku akan mengutamakan yang satu terhadap yang lain tentu aku akan mengutamakan pemberian kepada yang perempuan. (HR. Ath-Thabrani)

20. Barangsiapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga. (HR. Bukhari)

21. Anak menyebabkan kedua orang tuanya kikir dan penakut. (HR. Ibnu Babawih dan Ibnu 'Asakir).

22. Barangsiapa memelihara (mengasuh) tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan wajib baginya masuk surga. (HR. Ath-Thahawi).

23. Seorang ibu yang kematian tiga orang puteranya lalu berserah diri (pasrah) kepada Allah, rela dan ikhlas, maka dia akan masuk surga. (HR. Muslim)

24. Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah. (HR. Ath-Thahawi).

25. Setiap anak tergadai dengan (tebusan) akikahnya (seekor atau dua ekor kambing) yang disembelih pada umur tujuh hari dan dicukur rambut kepalanya (sebagian atau seluruhnya) dan diberi nama. (HR. An-Nasaa'i)

26. Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikanNya. (HR. Ar-Rabii').

27. Ibu mertua kedudukannya sebagai ibu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

28. Abang yang tertua (sulung) kedudukannya sebagai ayah. (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani)

29. Orang yang memutus hubungan kekeluargaan tidak akan masuk surga. (Mutafaq'alaih)

30. Rahim adalah cabang dari nama Arrahman (Arrahman Arrahim). Rahim mengucapkan keluhan dan pengaduan: "Ya Robbi, aku telah diputus (hubungan kekeluargaanku), aku telah diperlakukan dengan buruk oleh keluarga dekatku. Ya Robbi, aku telah dizalimi mereka, ya Robbi, ya Robbi." Lalu Allah menjawab: "Tidakkah kamu ridha Aku menyambung hubunganKu dengan orang yang menghubungimu dan Aku putus hubunganKu dengan orang yang memutus hubungannya dengan kamu. (HR. Bukhari)

31. Rasulullah Saw memberi uang belanja kepada keluarga beliau dari bagian rampasan perang yang menjadi hak beliau untuk kebutuhan rumah tangga selama setahun. Apabila ternyata ada kelebihannya maka uang itu diminta kembali dan dimasukkan ke dalam perbendaharaan negara (baitul maal). (HR. Ahmad)

33. Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan tanggungjawab keluarga. (HR. Abu Dawud).

32. Bukanlah dari golongan kami orang yang diperluas rezekinya oleh Allah lalu kikir dalam menafkahi keluarganya. (HR. Ad-Dailami)


Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

Sumber dari : Milis uje_jamaah
Read More..